Rabu, 11 Mei 2011

Ingrid Kansil - Inspiring Women


Di usia yang masih tergolong muda, Ingrid Kansil berhasil meneruskan cita-cita luhur Kartini, yakni kaum perempuan Indonesa mampu menunjukkan eksistensinya yang tak kalah dengan kaum pria di negeri ini. Duduk sebagai wakil rakyat di Senayan, Ingrid lantang berteriak soal kesetaraan gender.
Potret wanita Indonesia masa kini, yang masih berusia 38 tahun ini, mampu menunjukkan bahwa wanita Indonesia tak kalah perannya dalam membangun Indonesia. Ingrid, demikian ia biasa disapa, saat ini berkecimpung di parlemen sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Demokrat.
Perempuan yang mengagumi sosok Ibu Negara, Ani Yudhoyono, ini, memulai kariernya sebagai pesohor di jagad hiburan Tanah Air. Seiring waktu, ia membuktikan bahwa perempuan Indonesia kini sudah tak bisa dipandang sebelah mata untuk berkiprah dalam berbagai bidang, termasuk pentas politik, bahkan menjadi anggota DPR.
Keberadaan perempuan berparas manis ini di parlemen menjadi sebuah inspirasi dan motivasi nyata bagi perempuan Indonesia lainnya untuk mencapai keberhasilan setinggi-tingginya. Perempuan kelahiran Cianjur, Jawa Barat, 9 November 1973, ini, juga dikenal sebagai istri dari Menteri Negara Koperasi dan UKM Syarief Hasan.
Sebagai seorang pendamping suami dan ibu bagi anak-anaknya, Ingrid pun tak melupakan kodratnya. “Saya berkomitmen dengan pak Syarief untuk melatih disiplin anak, yang bertujuan membentuk karakteristik si anak. Selain itu, kami juga membiasakan Dian, anak saya, sejak masih kecil untuk belajar membaca. Alasannya adalah saya membiasakan budaya membaca untuk anak saya,” paparnya.
Anggota Komisi VIII DPR ini juga selalu ada waktu untuk mendampingi sang suami tercinta ketika menjalankan tugas negara yang diemban Syarief dengan penuh tanggung jawab. “Untuk mendampingi pak Syarief dalam melaksanakan tugas-tugas beliau, saya sudah terbiasa melakukannya ketika kami berdua masih di DPR. Jadi, mendampingi pak Syarief bukanlah hal yang baru untuk saya,” urainya.
Menurutnya, perempuan Indonesia masa kini sudah sangat maju sehingga tak kalah dengan laki-laki. “Wanita yang tinggal di perkotaan banyak dipercaya memimpin perusahaan besar berskala nasional maupun multinasional,” ungkapnya.
Sementara yang tinggal di daerah, seperti Sukabumi, yang merupakan asal daerah pemilihan Ingrid, perempuan juga banyak menjadi pekerja di berbagai pabrik garmen. “Perempuan mendominasi di banyak pabrik garmen di Sukabumi karena dinilai lebih teliti dalam bekerja,” ungkapnya.
Perempuan yang juga mengagumi Linda Agum Gumelar, ini, mengaku bangga bahwa perempuan negeri ini juga sudah banyak dipercaya menjadi menteri. “Ke depannya, saya berharap semakin banyak partisipasi perempuan indonesia yang berkiprah dalam berbagai ranah publik demi memajukan negeri ini,” Ingrid berharap.
Meski begitu, Ingrid masih mengaku prihatin lantaran masih terjadi sikap diskriminatif bagi perempuan Indonesia. “Saya adalah orang pertama di Komisi VIII DPR yang dengan lantang menyerukan perlunya Undang-Undang Kesetaraan Gender. Saya bersyukur RUU Kesetaraan Gender kini mulai diperhatikan kolega saya di DPR dan ada kemungkinan akhir tahun ini akan mulai dibahas,” tegasnya.
Perempuan yang dikenal menyukai keanekaragaman budaya negeri ini dikenal peduli dengan kampung halamannya Cianjur. Untuk itu, Ingrid pun mendirikan Taman Kanak-Kanak gratis untuk masyarakat yang tidak mampu di sana. Sedangkan di Sukabumi, ia membuka Rumah Aspirasi.
Adapun Rumah Aspirasi itu, selain diberdayakan untuk menampung aspirasi masyarakat Sukabumi, juga digunakan untuk melatih kaum perempuan setempat untuk mengembangkan batik asli Sukabumi.
Karena itu, perempuan yang selalu terlihat fresh karena rajin olah raga ini pun tak segan untuk mengajak pengusaha batik nasional yang tertarik untuk mengembangkan bersama batik lokal Sukabumi.
Selain itu, Rumah Aspirasi juga digunakan untuk pelatihan menjahit gratis, khususnya jilbab yang diekspor ke Kairo, Mesir. Ingrid tak luput memerhatikan kondisi tenaga kerja Indonesia, khususnya tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri, namun mengalami penyiksaan.
Ia mengaku prihatin dengan kondisi TKW yang berada di luar negeri yang mendapat penyiksaan. “Perlu peningkatan skill TKW yang dikirim ke luar negeri. Sebelum dikirim ke luar negeri, perempuan perlu mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK),” ujarnya.
Ia juga meminta dalam rencana pembangunan gedung baru DPR, perlu diupayakan adanya ruang untuk menyusui. “Adanya ruang menyusui merupakan bentuk kepedulian DPR terhadap perempuan dan anak Indonesia karena di DPR juga ada anggota dan karyawan dari kaum perempuan. Saya optimistis ruangan tersebut aka nada mengingat di sejumlah tempat lain, seperti di mal sudah disediakan ruang untuk menyusui,” terangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar