Rabu, 11 Mei 2011

Johnny Darmawan


Iklim dunia otomotif yang kian kompetitif di negeri ini bisa dihadapi PT Toyota Astra Motor (TAM)  dengan mulus. Lantas siapa yang memainkan peran penting tersebut? Beruntunglah perusahaan otomotif asal Negeri Matahari Terbit ini memiliki sosok satu ini.
Tak bisa dipungkiri, melesatnya TAM berkat peran strategis Johnny Darmawan. Presiden Direktur TAM ini diketahui memainkan peran penting sehingga membuat TAM terus melaju kencang hingga tahun ini genap bercokol selama 40 tahun di Indonesia.
Johnny, demikian ia kerap disapa, dikenal piawai dalam mengelola TAM. Itulah yang dilakukan sejak dirinya dipercaya memimpin sejak 2002 silam. Maka, tak akan lengkap jika membicarakan perkembangan dunia otomotif di dalam negeri tanpa melibatkan namanya.
Sikap optimistis, kreatif, dan mampu meraba kemampuan pasar pria kelahiran Jakarta, 1 Agustus 1952 silam itu tak perlu diragukan lagi. Tak hanya itu, ia pun mengutamakan kerja sama tim dalam melambungkan merek Toyota di dalam negeri.
Boleh jadi itu menjadi resep jitunya untuk melariskan dagangan sehingga akhirnya prinsipal Toyota sangat mengandalkan pria berkumis ini lantaran pasar otomotif nasional yang potensial, mampu dijawab dirinya sebagai kekuatan pasar yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Meski begitu, ia tak lantas jumawa. Johnny mengakui kemajuan Toyota tak bisa dilepaskan peran besar timnya, yang selalu mengutamakan untuk melakukan segala hal yang terbaik dalam upaya terus memajukan Toyota.
“Saya dan tim selalu bekerja untuk menjadikan Toyota sebagai yang terbaik sehingga tidak mudah berpuas diri,” ujarnya. Johnny mengatakan, dengan tidak cepat berpuas diri, maka dirinya dan tim tidak perlu khawatir Toyota akan disalip kompetitor yang sepertinya tidak pernah kenal lelah dalam menyaingi mereka sebagai pemimpin pasar otomotif di Indonesia.
Belum lagi keberhasilan Toyota di Indonesia juga lantaran kepercayaan masyarakat yang selalu memberikan respon positif terhadap produk-produk yang diluncurkan TAM. Reputasi ini terus dipertahankan pria ini kendati negeri ini dalam kondisi ekonomi yang mengkhawatikan.
Ia juga tak pernah lupa untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas pencapaian Toyota selama ini. Memang menarik melihat sosok pria yang bersahaja ini. Ia adalah sosok bos yang sekaligus teman.
Kendati saat ini menjadi pucuk pimpinan, Johnny bukanlah orang yang besar kepala. Malah ia adalah orang dikenal halus tutur katanya, ramah sikapnya, dan kalem pembawaannya. Namun, tak ada yang mengira, di balik semua itu, Johnny muda dikenal sebagai jago kebut-kebutan di jalan raya.
Maka tak heran, bapak tiga anak ini pernah dirawat di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama. Johnny pun lebih memilih untuk ‘bertarung’ dan ‘ngebut’ dalam mengejar prestasi. Hal itu ia buktikan lewat keberhasilannya menduduki posisi puncak di TAM sepanjang perjalanan kariernya.
Tentu saja prestasi itu tak semata-mata turun dari langit. Untuk menggapainya dibutuhkan perjuangan, keberanian, dan semangat. Apalagi saat itu Johnny mengawali kariernya dari bawah, yakni sebagai manajer yunior di PT Multi Astra.
“Meski berasal dari keluarga berada, saya tetap ingin belajar mandiri,” ungkapnya. Sebagai seorang presdir, Johnny jelas menyimpan setumpuk harapan, yang sekaligus juga menjadi pekerjaan rumah yang harus direalisasikannya.
"Saya ingin agar perusahaan ini berkembang, dalam banyak aspek. Antara lain, meningkatkan kesejahteraan karyawan, mendominasi pasar, sekaligus memberikan kontribusi pada negara," harapnya.
Untuk itu, pria yang terlihat low profile ini pun telah menyiapkan jurus-jurus tertentu agar harapan-harapannya bisa terwujud. Prioritasnya adalah membangun tim yang solid. Ini karena Johnny sadar betul bahwa setinggi apa pun kedudukan seseorang, dia tak akan bisa berhasil jika tidak didukung oleh bawahannya.
Ia pun sangat yakin bahwa setiap orang memiliki fungsi dan potensi yang berbeda-beda. Di sinilah diperlukan kejelian untuk melihat potensi-potensi yang dimiliki oleh anak buahnya. Menurutnya, ada empat fungsi yang bisa dijalankan setiap pemimpin dalam suatu perusahaan, yaitu sebagai koordinator, konseptor, eksekutor, dan kontroler.
“Jika kita bisa menempatkan setiap orang sesuai dengan fungsinya masing-masing, saya yakin itu dapat menghasilkan tim yang solid. Ibaratnya seperti tim sepak bola, semua pemain ada di posisi yang tepat. Jangan taruh penyerang sebagai bek,” tegasnya.
Johnny mengaku tidak merasa kesulitan dalam membangun tim yang tangguh. Pasalnya, sejak menjadi bawahan, dirinya sudah terbiasa bekerja dalam tim serta gaya kepemimpinan yang moderat.
“Meskipun menjadi seorang presdir, saya menganut paham bahwa kewibawaan tidak berarti membuat saya harus menjaga jarak dengan bawahan. Bahkan mereka saya anggap sebagai teman, meskipun dalam hal pekerjaan tetaplah harus bersikap profesional,” ungkapnya.
‘Kerelaan’ untuk terjun langsung ke bawah ini bukan tanpa alasan. “Sebab, awal karier saya dari bawah. Maka, saya harus memahami betul apa yang menjadi keinginan atau masalah bawahan. Hal ini besar sekali manfaatnya bagi saya untuk memahami bidang pekerjaan baru yang harus saya tangani,” urainya.
Johnny patut diacungi jempol lantaran ia adalah pribadi yang tak jumawa. Terbukti ia tak pernah berhenti belajar dan berintrospeksi. "Hanya dengan bersedia mengakui kekurangan diri sendiri, disertai keinginan untuk senantiasa memperbaiki diri, maka kita akan sukses," ujarnya.
Ia juga menyadari jabatan yang kini diembannya sifatnya hanya sementara. Oleh karena itu, dia telah menyiapkan kader-kader terbaik pengganti dirinya. "Ada saatnya saya harus pensiun. Namun, ketika masa itu tiba, sudah pengganti saya untuk meneruskan tongkat estafet kebesaran Toyota di Indonesia,” paparnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar